MAKALAH PENGANTAR ILMU EKONOMI
RENDAHNYA NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP MATA UANG DOLAR SERTA DAMPAK YANG DITIMBULKAN BAGI PEREKONOMIAN INDONESIA.




Nama               : Prana Moch Maulana
NPM               : C1011511RB5001
Fakultas           : Ilmu Komunikasi dan Administrasi
Jurusan            : S1 Administrasi Bisnis
Ketua Prodi     : Iyan Sukiman, SE.,M.Si.



I.                    LATAR BELAKANG
Kita tentu mengenal tentang istilah uang, ya, uang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari kita dan untuk mencukupi kebutuhan dan keperluan, uang untuk melakukan transaksi pembayaran dalam kehidupan sehari-hari. Setiap negara tentu mempunyai mata uang masing-masing, ada AS dengan dollar AS, Malaysia dengan ringgitnya, Jepang dengan Yen , Singapura dengan dollar Singapura nya, dan tentunya mata uang negara Indonesia adalah Rupiah.
Rupiah adalah mata uang resmi Indonesia. Mata uang ini dicetak dan diatur penggunaannya oleh Bank Indonesia dengan kode ISO 4217 IDR. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia merencanakan  kebijakan pengurangan nilai pecahan mata uang rupiah tanpa mengurangi nilainya dengan cara menghilangkan 3 angka 0 terakhir (x000menjadi x). rencana kebijakan ini dilontarkan oleh Bank Indonesia pada awal mei 2010 dan dikonfirmasikan oleh Gubernur BI terpilih, Darmin Nasution pada 31 juli 2010. Kebijakan redenominasi ini diambil setelah hasil riset Bank dunia menyebutkan bahwa uang pecahan Rupiah  Indonesia Rp 100.000 adalah terbesar kedua di dunia setelah Dong Vietnam (VND) 500.000. proses redenominasi akan mundur dari rencana yang semula akan direalisasikan pada 14 Agustus 2014.  Jika kita cermati, nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain terus melemah dari waktu-kewaktu. Bukan saja terhadap mata uang utama dollar Amerika serikat (AS) tetapi juga terhadap mata uang negara tetangga seperti dollar Singapura, ringgit Malaysia, juga baht Thailand. Di satu sisi, pelemahan nilai tukar rupiah akan memberikan keuntungan bagi ekspor berbagai produk primer seperti komoditas perkebunan dan pertambangan, tapi di sisi lain pelemahan rupiah juga akan merugikan berbagai industri dengan komponen bahan baku dan bahan penolong impor. Belum lagi para pelancong atau pelajar Indonesia diluar negeri yang merasakan murahnya rupiah diluar negeri.












II.   ISI
            Secara umum pelemahan nilai tukar rupiah sangat di pengaruhi oleh faktor permintaan dan penawaran terhadap rupiah. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah aktivitas ekspor-impor serta pergerakan investasi dari dalam dan keluar negeri. Faktor lain yang sangat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah adalah inflasi sebagaimana dijelaskan dalam teori paritas daya beli atau purchasing power parity (PPP).
Konsep atau teori Purchasing Power Parity (PPP), atau Paritas Daya Beli diperkenalkan oleh ekonom klasik bernama David Ricardo. Konsep ini kemudian dipopulerkan oleh ekonom Swedia yang bernama Gustave Cassel pada tahun 1920, saat negara-negara Eropa seperti Jerman, Soviet, dan Hongaria mengalami inflasi tinggi. Menurut teori ini, inflasi saat ini dan perkiraan inflasi kedepan sangat mempengaruhi arah nilai tukar mata uang suatu Negara. Negara dengan tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengalami pelemahan nilai tukar yang berkelanjutan.
Teori PPP menyatakan bahwa daya beli suatu mata uang akan sama dimanapun. Sebagai contoh, jika nilai tukar dollar AS adalah Rp 10.000 maka daya beli satu dollar AS di Amerika Serikat dan Rp 10.000 di Indonesia seharusnya sama. Jika harga 1 paket burger McD di Amerika Serikat adalah $1 maka harga produk yang sama di Indonesia seharusnya adalah Rp.10.000, jika kemudian harga 1 paket burger McD di Indonesia naik menjadi Rp.12.000, tentu saja dalam praktiknya bukan kenaikan harga McD yang menjadi patokan tetapi kenaikan harga barang secara keseluruhan atau dikenal dengan istilah inflasi.
Jika inflasi di Indonesia adalah 6 % sementara inflasi di Amerika Serikat adalah 1%, maka perbedaan tingkat inflasi di AS dan Indonesia adalah 5%. Dalam kenyataannya, pelemahan nilai tukar rupiah tidak akan tepat 5% karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah selain inflasi.
Ada 2 faktor yang menyebabkan rupiah melemah yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah membaiknya ekonomi AS sehingga nilai tukar dolar AS menguat terhadap semua mata uang lain. Faktor eksternal yang lain adalah isu kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) untuk menarik dana insentif untuk memperbaiki ekonomi AS karena ekonomi AS memang sudah membaik (dikenal sebagai kebijakan Tappering Off).
Sedangkan faktor internal dari Indonesia adalah terus membengkaknya defisit neraca transaksi berjalan yaitu ekspor dan impor barang dan jasa. Jika tahun 2012 defisit itu sebesar Rp 24,418 miliar, meningkat menjadi Rp 29,115 miliar, dan meningkat lagi menjadi Rp 26,233 miliar tahun 2014. Sebab defisit adalah naiknya impor bahan baku dan barang modal dan pembayaran utang luar negeri.

III.     KESIMPULAN
            Kesimpulannya adalah pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Dan solusi utama yang harus dilakukan agar rupiah tak terus tertekan adalah memperbaiki defisit  transaksi berjalan dengan cara mulai membangun industri-industri substitusi impor. Langkah lain adalah menarik pulang devisa hasil ekspor yang sekarang masih banyak parkir di bank-bank luar negeri dengan cara misalnya membebaskan pajak bunga  deposito hasil ekspor tersebut. Kepulangan devisa hasil ekspor sangat penting untuk menyangga cadangan devisa Indonesia untuk kepentingan BI menstabilkan nilai tukar rupiah.