BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya Manusia dalam suatu perusahaan diperlukan agar tujuan dapat tercapai secara efektif. Hal ini tentunya berkaitan dengan karyawan dalam melaksanakan tugasnya supaya perusahaan dapat berkembang. Karyawan merupakan asset utama organisasi dan mempunyai peran yang startegis di dalam organisasi yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas organisasi. Demi tercapainya tujuan organisasi, karyawan memerlukan motivasi untuk bekerja lebih baik. Dengan motivasi kerja yang tinggi, karyawan akan bekerja lebih giat didalam melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya, dengan motivasi kerja yang rendah karyawan tidak memiliki semangat kerja, mudah menyerah, dan kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Dinas PSDA Pemprov Jawa Barat adalah salah satu instansi pemerintah yang bertugas dalam bidang irigasi dan perairan. Pemeliharaan jaringan irigasi digunakan untuk menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestarian.
Namun demikian, dalam upaya tercapainya tujuan tersebut di Dinas PSDA Pemprov Jabar, nampaknya masih terdapat banyak kendala yang dihadapi sehingga sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Dimana masih ada kendala lain di Dinas PSDA Pemprov Jabar antara lain karyawan yang kurang menaati peraturan yang telah ditetapkan, kurangnya sarana dan prasarana, serta pemberian rewards yang tidak pasti. Sehingga mengakibatkan kinerja karyawan menurun yang disebabkan motivasi karyawan rendah dalam mengerjakan pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak mendukung.
Dalam kaitannya dengan kinerja karyawan, hal tersebut harus segera diperbaiki agar pemimpin dan bawahan pada Dinas dapat mencapai tujuan yang diinginkan.  Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja di lingkungan kerja Dinas PSDA Pemprov Jabar. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi organisasi dalam memberikan motivasi kepada karyawan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul “Motivasi Kerja di Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air”.
1.2        Identifikasi Masalah
1.      Bagimana motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di Dinas PSDA Pemprov Jawa Barat ?
2.      Bagaimana pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di Dinas PSDA Pemprov Jawa Barat ?
3.      Bagaimana pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan di Dinas PSDA Pemrov Jawa Barat ?

1.3        Tujuan
1.      Untuk menganalisis motivasi terhadap kinerja karyawan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pemprov Jabar.
2.      Untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pemprov Jabar.
3.      Untuk menganalisis pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Pemprov Jabar.
1.4        Manfaat  Penelitian
1.      Untuk mengembangkan wawasan yang lebih jauh lagi terutama khususnya bagi diri pribadi maupun orang lain .
2.      Dapat mengetahui kinerja Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air yang dimana dalam memberikan sebuah motivasi dapat menjadi karyawan menjadi lebih semangat dan rajin dalam setiap melaksanakan pekerjaan masing-masing .
3.      Serta dapat mengetahui kegiatan pekerjaan yang dilakukan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Pengertian Motivasi
. Robbert Heller (1998:6) menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak. Pada awalnya, motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena merasakan perlunya untuk memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhannya telah terpenuhi, motivasinya akan menurun. Kemudian berkembang pemikiran bahwa motivasi juga diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Namun, apabila tujuan telah tercapai, biasanya motivasi juga menurun. Oleh karena itu, motivasi dapat dikembangkan apabila timbul kebutuhan maupun tujuan baru. Apabila pemenuhan kebutuhan merupakan kepentingan manusia, maka tujuan dapat menjadi kepentingan manusia maupun organisasi .
Dengan demikian terdapat kepentingan bersama antara manusia sebagai pekerja dengan organisasi .Pekerja disatu sisi melakukan pekerjaan mengharapkan kompensasi untuk pemenuhan kebutuhannya dan disisilainya untuk mencapai tujuan pribadinya untuk mewujudkan prestasi kerjannya. Sedangkan kinerja organiasasi diwujudkan oleh kumpulan kinerja dari semua pekerja untuk mencapai tujuan organisasi .
Untuk menginspirasi orang untuk bekerja sebagai individu maupun kelompok dengan cara yang dapat menghasilkan hasil yang terbaik , kita perlu membuka kekuatan motivasional diri pribadi mereka sendiri.
2.2     Jenis-Jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut Malayu S. P Hasibuan (2006: 150), yaitu:
1) Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2) Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum. Pengunaan kedua motivasi tersebut haruslah diterapkan kepada siapa dan kapan agar dapat berjalan efektif merangsang gairah bawahan dalam bekerja.
2.3     Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Ngalim Purwanto, 2006: 73).
Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti perusahaan pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.
2.4     Teori Abraham Maslow tentang Motivasi Kerja
Manusia memiliki 5 (lima) kebutuhan yang tersusun dalam suatu hiraki dan berawal dari kebutuhan dasar, dimana seseorang akan selalu termotivasi untuk mencakup kebutuhan selanjutnya setelah kebutuhan sebelumnya terpenuhi, yaitu :
1) Kebutuhan yang bersifat fisiologis, kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan, dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah, dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan ataupun hal lainnya. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif, dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (Safety Needs), kebutuhan ini mengarah  kepada rasa kemanan, ketentraman, dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatannya, wewenangnya, dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya.
3) Kebutuhan social (Social Needs), kebutuhan akan kasih saying dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, meningkatkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
4) Kebutuhan akan  prestasi (Esteem Needs), kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbol-simbol dalam statusnya seseorang serta prestasi yang ditampilkannya.
5) Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja (Self Actualization). Setiap orang ingin mengembangkan kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan seringkali Nampak pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang.
2.5     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi merupakan proses psikologi dalam diri seseorang dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum, faktor ini dapat muncul dari dalam diri (intrinsik) maupun dari luar diri (ekstrinsik). Menurut Wahjosumidjo (2001: 42), faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor internal yang bersumber dari dalam individu dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.
Berdasarkan teori di atas dapat dirumuskan motivasi kerja merupakan daya dorong atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan pada upaya-upaya nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara implisit, motivasi kerja tampak melalui tanggung jawab dalam melakukan kerja, prestasi yang dicapainya, pengembangan diri, serta kemandirian dalam bertindak.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1        Metode Penelitian
Pendekatan atau metode dapat diartikan sebagai suatu cara kerja untuk
mencapai tujuan tertentu, agar dapat terkumpul data serta dapat mencapai tujuan penelitian itu tersendiri. Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu (Winarno Surakhmad,1994: 131).
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif, metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Termasuk dalam metode ini adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara. Metode penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari satu variabel penelitian. Masalah penelitian yang tepat dikaji melalui metode deskriptif biasanya berkenaan dengan bagaimana kondisi, proses, karakteristik, dan hasil dari suatu variabel. Hasil dan kesimpulan dari penelitian deskriptif pada umumnya hanya mendeskripsikan konsep dan variabel yang diteliti, mendeskripsikan perbedaan konsep dan variabel, serta menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya.
Alasan digunakannya metode penelitian deskriptif oleh penyusun adalah bahwa: 1) masalah motivasi dan sikap kerja pegawai mempakan masalah yang bersifat abstrak, sehingga peneliti hanya mampu mengkaji masalah tersebut sampai kepada mendeskripsikan saja. 2) Subjek penelitian yang akan dijadikan populasi dan sampel adalah para pegawai Dinas PSDA Pemprov Jabar, yang karakteristiknya sudah ditentukan.
3.2        Gambaran Umum
Provinsi Jawa Barat dengan luas sekitar 39.629 km2 memiliki curah hujan tahunan rata-rata paling tinggi diantara Provinsi di Indonesia yaitu berkisar antara 2000-4000 mm dan mempunyai potensi sumber daya air khusunya air permukaan mencapai rata-rata 48 Milyar m3 pertahun dalam kondisi normal. Dari potensi tersebut sampai dengan saat ini baru dimanfatkan sekitar 50 % atau 24 Milyar m3 pertahun, sedangkan sisanya masih terbuang ke laut.
Potensi sumber daya air tersebut mengalir pada sekitar 2.745 buah sungai induk dan anak-anak sungainya, tersebar di 5 (lima) wilayah kerja Balai PSDA (Pendayagunaan Sumber Daya Air), sekitar 35,9 Milyar m3 per tahun (75 %) dari jumlah potensi tersebut mengalir pada 2.078 buah sungai (38 DPS) yang secara geografis lintas Kabupaten/Kota, sedangkan sisanya yaitu 12,1 Milyar m3 pertahun (25 %) berada pada 1.170 buah sungai (241 DPS) yang masing-masing mengalir pada satu Kabupaten/Kota.
Selain sumber daya air alami, Jawa Barat juga memiliki situ-situ dan waduk-waduk buatan. Tidak kurang dari 20 waduk mempunyai kapasitas tampung lebih dari 6,8 Milyar m3, diantaranya 3 waduk dibangun pada Sungai Citarum yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total mencapai 5,83 Milyar m3. Sedangkan situ/danau dan embung di Jawa Barat sebagian dibangun pada jaman Pemerintahan Belanda. Sampaitahun 2004 tidak kurang dari 456 buah situ telah terinventarisasi.
Ketersediaan air tanah pada dasarnya sangat sulit untuk diprediksi. Estimasi akan lebih teliti apabila dianalisa dengan menggunakan data hasil pemboran dilapangan yang mana distribusinya harus memenuhi kaidah-kaidah analisis teknis.Secara ekstrim dapat dikatakan bahwa potensi air tanah sesungguhnya sama dengan base flow, oleh karenanya pengambilan air tanah secara langsung akan mengurangi base flow ke sungai (Lembaga Penelitian ITB). Secara global air tanah terdiri dari air tanah dangkal tidak tertekan dan air tanah dalam.
Air tanah dangkal pada umumnya dipergunakan untuk keperluan domestik yang kapasitasnya kecil. Ketersediaan air tanah dangkal biasanya akan tergantung dari curah hujan, karena proses imbuhnya terjadi secara langsung dari curah hujan. Apabila pada musim kering, muka air tanah akan turun, baik karena adanya penguapan ataupun karena mengalir ke sungai atau drainase terdekat.
Dari hasil estimasi Bappeda Jawa Barat, potensi air tanah dangkal adalah sebesar 16.8Milyar m3 / tahun, sedangkan hasil estimasi Lembaga Penelitian ITB dengan asumsi bahwa tebal rata-rata akuifer 3 m, potensi air tanah dangkal yang dapat dimanfaatkan adalah sebesar 2.20 Milyar m3 / tahun.
Air tanah dalam di Jawa Barat dapat diklasifikasikan sebagai air tanah dalam tertekan dan air tanah dalam semi tertekan. Air tanah dalam biasanya sangat spesifik dan tergantung dari kondisi daerah atau kondisi cekungannya. Dari hasil penelitian Lembaga Penelitian ITB, diperkirakan bahwa potensi air tanah dalam yang dapat dimanfaatkan di Jawa Barat adalah sekitar 3.52 Milyar m3 /tahun, yang terdiri dari 2.04 Milyar m3 / tahun air tanah dalam semi tertekan dan 1.48 Milyar m3 / tahun air tanah dalam tertekan. Sesuai dengan kondisi geohidrologi, sebaran cekungan air tanah di Provinsi Jawa Barat ada 13 buah dengan total potensi sekitar 296.20 juta m3 per tahun sebagaimana tercantum pada Tabel 2 (Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan, 1996).
Sesuai dengan kondisinya berdasarkan siklus hidrogeologi, air tanah merupakan suatu potensi yang terakumulasi melalui kurun waktu yang relatif panjang/lama dibanding dengan air permukaan. Oleh karena itu mengoptimalkan pemanfaatan air tanah seharusnya dikembangkan hanya untuk daerah-daerah tertentu yang benar-benar tidak bisa terpenuhi oleh air permukaan. Jadi pemanfaatan air tanah secara umum dimanfaatakan sebagai conjunctive use dan diprioritaskan untuk keperluan domestik, sehingga secara umum pola pemanfaatan sumberdaya air utamanya hanya diarahkan pada air permukaan
3.3  Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
1.             Visi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
“Dinas Sebagai Pengelola Sumber Daya Air yang Andal, Berkeadilan  dan Berkesinambungan Tahun 2010”
2.             Misi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)
Terdapat 4 misi yang tertanam di dalam ruang lingkup Dinas PSDA Provinsi Jawa Barat, antara lain:
a.       Mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya air secara terpadu, mandiri dan berkelanjutan.
b.      Meningkatkan konservasi, pendayagunaan sumber daya air dan pengadilan daya rusak air.
c.       Menciptakan pelayanan secara optimal, efektif dan efisien untuk kesejahteraan masyarakat.
d.      Memenuhi semua kebutuhan air dengan tepat waktu, ruang, jumlah dan mutu.
3.4        Tujuan Dinas
Tujuan menggambarkan hasil-hasil yang ingin dicapai dalam jangka waktu 1 (Satu) sampai 5 (Lima) tahun ke depan dan ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu strategis. Tujuan harus konsisten dengan tugas dan fungsinya serta searah dengan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka merealisasikan misi.
Dengan mengindahkan visi dan misi organisasi dan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA)  Provinsi Jawa Barat menetapkan tujuan dari visi dan misinya, yaitu
3.5        Sasaran
Memperhatikan sasaran yang telah ditetapkan oleh Provinsi Jawa Barat, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Barat merumuskan sasaran  yang hendak dicapai oleh organisasi dalam 3 (tiga) sasaran, yaitu :
Misi Pertama, Mengembangkan kebijakan operasional pengelolaan sumber daya air.
v   Sasaran :
1.             Meningkatnya Kinerja Pengelolaan SDA.
2.             Optimalisasi konservasi, pendayagunaan, pengembangan dan pengusahaan SDA.
3.             Terbentuknya wadah koordinasi Terkendalinya penanggulangan daya rusak air dan pencemaran lingkungan SDA.
Misi kedua, Meningkatkan kapasitas Sumber daya Manusia dan peran serta masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya air.
v   Sasaran:
1.             Meningkatnya Infrastruktur SDA dan Irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air. 
Misi Ketiga,  Meningkatkan upaya konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air
v   Sasaran:
1.             Meningkatnya perlindungan dan pelestarian sumber air , Pengawetan air, Pengendalian kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
2.             Meningkatnya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan , kualitas lingkungan akibat daya rusak air.
3.             Terpeliharanya sarana  data base system informasi SDA.
Misi Keempat,  Meningkatkan Efektifitas dan  Efisiensi  Pelayanan irigasi
v   Sasaran:
1.             Meningkatnya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan SDA.
2.             Optimalisai  pengawasan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi secara berkesinambungan.
Misi Kelima , Meningkatkan ketersediaan serta kualitas data dan sistem informasi sumber daya air.
v   Sasaran:
1.             Terwujudnya  database  SDA  yang  lengkap  terpecaya  dan  mudah disajikan/Terwujudnya database sistem informasiyang dapat diakses oleh masyarakat.    
3.6        Layanan
Jenis pelayanan publik yang diberikan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat antara lain:
1.             Pelayanan irigasi dalam rangka menunjang ketahanan pangan nasional, baik rehabilitasi maupun operasi & pemeliharaan jaringan irigasi.
2.             Melakukan pengembangan kapasitas air baku domestik, munisipal, dan industri, dalam rangka menunjang kesehatan masyarakat dan pengembangan ekonomi daerah.
3.             Melakukan konservasi dan pengendalian daya rusak air dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan pengembangan wilayah produktif.
4.             Melaksanakan pengembangan sistem informasi dalam rangka meningkatkan pemberdayaan dan perans serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air.
3.7        Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup dari dinas Pengelolaan Sumber Daya Air itu sendiri diantaranya adalah sebagai berikut:
1.             Pengelolaan jaringan irigasi dalam rangka menunjang program Ketahanan Pangan Nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya petani melalui peningkatan daya beli.
2.             Pengelolaan Waduk dan Situ dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui ketersediaan air baku untuk pertanian (irigasi), air bersih, perkotaan dan industry.
3.             Penyediaan Air Baku untuk air bersih dalam rangka menunjang program peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
4.             Pengelolaan Prasarana Pengamanan dan Pendayagunaan Sungai dalam rangka mengembalikan kondisi dan fungsi sungai sebagai sumber air untuk menunjang daya dukung lingkungan.
5.             Pengelolaan dan Pengendali Banjir dan Penanggulangan Daya Rusak Air dalam rangka melindungi prasarana wilayah, pemukiman dan lingkungan.
3.8     Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
Struktur organisasi perusahaan tidak selamanya sama. Ini tergantung dari besar kecilnya suatu perusahaan. Susunan organisasi ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan perusahaan. Seperti halnya susunan organisasi yang ada pada Dinas pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat.

3.9    Tugas Pokok dan Fungsi  Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air
Pada dasarnya ada beberapa tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, diantaranya yaitu :
1.    Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemrintahan Daerah bidang sumberdaya air berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan
2.    Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas mempunyai fungsi :
a.       Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis pengelolaan sumber daya air
b.      Penyelenggaraan pembinaan pelaksanaan teknis sumber daya air yang meliputi, pembinaan perekayasaan, pembinaan konstruksi, pembinaan operasi dan pemeliharaan, serta pembinaan pemanfaatan sumber daya air.
c.       Penyelenggaraan fasilitasi dan sistem investasi pengusahaan sumber daya air.
d.      Penyelenggaraan saran pertimbanngan teknis pemanfaatan air dan sumber air serta pelaksanaan pelayanan umum pengelolaan sumbr daya air.
e.       Penyelengaraan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya air.
f.        Penyelenggaraan pengawasan, pengendalian dan evaluasi pengelolaan sumber daya air.
g.      Penyelenggaraan tugas-tugas sekretariat.
h.      Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.


3.    Tugas Pokok dan Fungsi  Kepala Dinas
a.    Kepala Dinas Mempunyai Tugas pokok merumuskan,menetapkan, memimpin, mengkordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan kegiatantugas pokok Dinas serta mengkoordinasikan dan membina UPTD.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya Kepala Dinas mempunyai fungsi:
1)   Penyelenggaraan perumusan, penetapan, pengaturan dan koordinasi pelaksanaan     kebijakan rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta manfaat.
2)   Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta manfaat.
3)   Penyelenggaraan fasilitasi pengelolaan sumber daya air meliputi rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta manfaat.
4)   Penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas pokok dan fungsi Dinas.
5)   Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTD.
Rincian Tugas Kepala Dinas :
a)    Menyelenggarakanpembinaan dan pengendalikan tugas pokok dan fungsi Dinas.
b)   Menyelenggarakan penetapan kebijakan teknik Dinas sesuai dengan kebijakan umum.
c)    Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana pembangunan  pengelolaan sumber daya air.
d)   Menyelenggarakan fasilitasi yang berkaitan dengan kesekretariatan,rekayasa teknik, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, bina manfaat.
e)    Memberikan saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Gubernur mengenai  pengelolaan sumber daya air sebagai bahan penetapan kebijakan umum.
f)    Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansidan lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Dinas.
g)   Mengkoordinasikan penyusunan evaluasi dan pelaporan serta laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), LKPJ Dinas yang meliputi kesekretariatan, bidang rekayasa teknik, konstruksi, operasi danpemeliharaan, bina manfaat.
h)   Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan.
i)     Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan dan Pembangunan Wilayah dalampelaksanaan tugas di Kabupaten / Kota.
j)     Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
k)   Menyelenggarakan koordinasi dan membina UPTD.
l)     Menyelenggarakankoordinasi dengan unit terkait.



BAB IV
PEMBAHASAN

4.1              Kebutuhan Fisiologis
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Pemprov Jabar mempunyai karyawan non PNS dan PNS. Salah satu dari kebutuhan fisiologis adalah gaji, disini gaji yang diberikan terhadap karyawan berbeda antara PNS dan Non PNS. Apalagi ditambah dengan gaji antara yang malas dan yang hanya tidur saja, sama. Hal ini tentunya akan menimbulkan pandangan yang berbeda diantara karyawan. Motivasi kerja yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tantangan dalam pekerjaan agar karyawan tetap giat dalam bekerja. Seperti salah satu informasi yang telah didapatkan dari narasumber, gaji orang yang melangkah berbeda dengan tidak melangkah. Maksudnya, karyawan yang rajin bekerja akan memiliki gaji yang berbeda dengan karyawan yang kurang rajin bekerja. Jadi, hal ini dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam tugas yang telah diberikan dan terutama tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
4.2              Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Kerja
Kebutuhan ini berkaitan dengan jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya. Dinas PSDA Pemprov Jabar memberikan tunjangan yang tidak memadai untuk karyawannya. Selain itu, bagi karyawan yang bekerja lembur tidak pasti mendapatkan uang lembur. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap keamanan dan keselamatan karyawan, ketika mereka terlalu bekerja giat hingga larut malam.
4.3              Kebutuhan Sosial
Kepala bagian ataupun Kepala Satuan Kerja di Dinas PSDA menumbuhkan motivasi kerja dengan menggunakan rasa kekeluargaan terhadap karyawannya sehingga kerjasama yang timbul antar para pimpinan dan bawahan tidak terasa canggung tapi masih dalam batasannya. Para pimpinan membagi tugas-tugas kepada bawahannya secara merata sehingga karyawan merasa diikutsertakan dalam mengembangkan perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan. Semua hal itu dapat menumbuhkan rasa bersahabat dalam kelompok kerja atau antar kelompok.
4.4              Kebutuhan akan prestasi
Kebutuhan akan kedudukan dan promosi di bidang kepegawaian hanya ditentukan dari Pemerintahan Pusat. Seperti mutasi, rotasi, demosi, ataupun promosi tidak dapat dilakukan oleh Dinas PSDA Pemprov Jabar karena hal itu telah diatur oleh Pemerintahan Pusat.






BAB V
PENUTUP


5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan adalah
·           Motivasi merupakan keinginan atau alat penggerak dalam diri manusia yang berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri seseorang sedangkan daya dorong yang diluar dari diri seseorang ditimbulkan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya. Pentingnya motivasi dalam sebuah pekerjaan karena hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku seorang karyawan supaya mau bekerja sama secara giat dan tanggung jawab sehingga bisa mencapai hasil yang perusahaan inginkan.
·           Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi positif dan motivasi negatif.
·           Tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
·           Teori Abraham Maslow tentang motivasi kerja berkaitan dengan kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja, kebutuhan sosial, kebutuhan akan prestasi serta kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja.
·           Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja ada dua, yaitu faktor internal dan faktor dari luar. Faktor internal seperti sikap terhadap pekerjaan, bakat, minat, kepuasan, pengalaman, dan lain-lain serta faktor dari luar individu yang bersangkutan seperti pengawasan, gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan.
·           Kepala Satker Operasi dan Pemeliharaan Dinas PSDA Pemprov Jabar memberikan motivasi kepada karyawannya dengan cara memperkenalkan sejarah Dinas PSDA, misi karyawan untuk bekerja dan memberikan rewards.
5.2        Saran
Untuk mengoptimalkan hasil dari penelitian ini, maka diharapkan penelitian yang akan datang mengenai masalah yang sama bisa menambah variabel-variabel lain yang dipandang relevan dan lebih mendalam lagi pembahasannya, misalnya dengan membedakan tingkat kinerja karyawan pada tiap bagian atau unit kerja.