Sejak dulu kala, Ketika ada tim lawan yang akan bertandang ke bandung, dan bermain di bandung, tentu ini akan menggetarkan dan membuat mental mereka benar-benar teruji, karena mereka akan merasakan atmosfer dan tekanan yang luar biasa dari supporter persib yang sejak era perserikatan selalu memenuhi stadion, khususnya Ketika masih bermain di stadion siliwangi. Bahkan menurut catatan sejarah koran sipatahoenan, 4 april 1938, bobotoh sudah mendukung persib Ketika persib masih bertanding di daerah tegalega dan ciroyom, termasuk juga Ketika persib bermain ke luar daerah, bobotoh berbondong-bondong menuju arah kota dimana di gelarnya pertandingan persib, salah satunya adalah Ketika pertandingan antara Persib dengan Persipo Purwakarta, dimana pertandingan tersebut di gelar di lapangan alun-alun purwakarta, kendati demikina, banyak supporter maung bandung yang datang mendukung Persib secara langsung ke purwakarta, mereka menggunakan bus, oplet, kereta dan lainnya, seperti yang di muat di koran sipatahoenan pada tanggal 30 september 1940. Pertandingan itu memang terbilat sarat gengsi karena adanya hadiah beker atau piala dari batikhandel, Go Giok Hin dari Purwakarta. Begitu besarnya militanasi dari bobotoh yang sudah terbentuk bahkan sebelum Indonesia merdeka, tentu lambat laun menjadi sebuah entitas budaya yang terus tumbuh dan turun temurun di wariskan dari generasi ke generasi, tidak hanya di kota bandung, tapi juga merata hingga seluruh jawa barat dan banten, bahkan dulu seluruh jawa barat, Jakarta dan banten mayoritas adalah bobotoh, Begitupun Ketika era perserikatan, ribuan bobotoh selalu memenuhi dan memadatai stadion siliwangi Ketika Persib bermain di kendang, dan juga selalu hadir Ketika persib bermain tandang, salah satu rekor terbesar yang pernah di catat adalah pertandingan final perserikatan tahun 1985 antara persib vs psms medan yang di gelar di stadion senayan Jakarta, dimana laga tersebut di hadiri oleh 150 ribu penonton yang bahkan masuk kedalam daftar rekor pertandingan amatir dengan jumlah penonton terbanyak, Begitu besarnya dukungan dan jumlah yang di miliki oleh bobotoh tentu membuat siapapun lawan yang akan bertandang ke markas persib akan merasa was-was, karena mereka akan benar-benar di uji mental oleh ribuan bobotoh yang hadir di stadion, Lalu, apakah kesan angker yang di rasakan oleh tim lain saat bertanding di bandung masih berlaku saat ini? Ksiruh dan polemic antara bobotoh khususnya komunitas dengan manajemen persib yang terjadi sejak pertandingan pertama di gelar, yakni Ketika persib vs madura united, harus berimbas kepada kondisi dan suasana stadion, dimana sebagin besar bobotoh melakukan aksi menepi dari tribun, sebagai bentuk tuntutan terhadap manajemen tentang system dan penyaluran tiket, khususnya bagi komunitas, yang dimana salah satu tuntutan adalah khusus komunitas penyaluran tiket bisa di lakukan secara kolektif, karena dengan kondisi saat ini, tentu bagi Sebagian bobotoh khususnya di luar kota menjadi keberatan, karena mereka harus ke kota bandung terlebih dahulu. harus ke kodim, yonszipur dll untuk menukarkan tiket gelang. Lalu harus Kembali lagi ke stadion GBLA, mungkin bagi Sebagian besar bobotoh di kota bandug hal ini tidak terlalu jadi masalah, tapi, bagi teman2 kita di luar kota sana, ini memberatkan, belum lagi Ketika bobotoh dari luar kota yang akan ke bandung harus terlelbih dahulu menyiapkan kendaraan yang tentu tidak bisa di siapkan dalam waktu dadakan Ketika mereka baru mendapatkan tiket, Tentu kisruh ini berdampak pada jumlah bobotoh yang hadir di stadion yang dimana di musim ini saja rata-rata kehadiran penonton di GBLA hanya sekitar 4- 5ribu orang saja, dan bahkan berdampak juga terhadap permainan tim persib itu sendiri, dapat kita lihat perbedaan pemain persib yang seolah-olah bermain tanpa gairah karena kurangnya support dari bobotoh, hal ini bahkan secara terang-terangan di sampaikan oleh pemain persib, salah satuny adalah mark klok yang dimana dia mengatakan bahwa kami membutuhkan dukungan dari kalian, dan dia juga mengetahui tentang masalah bobotoh dengan manajemen, dan dia meminta bobotoh untuk tetap datang dan memberikan dukungan. Dan dukungan bobotoh yang rindu akan stadion bahkan tersalurkan Ketika pertandinganm persib all star dengan Dortmund legend yang di gelar d satadion siliwangi, kota bandung, dimana ribuan bobotoh memenuhi stadion dan tentunya menggetarkkan Kembali keangkeran stadion dengan nyanyian dan gemuruh yang selama ini seolah-olah sirna di GBLA Polemic yang berkepanjangan ini tentu tidak bisa di biarkan begitu saja, harus segera di ambil jalan keluarnya, dicari permaslaahannya, dan hal ini hanya bisa di lakukan dengan kepala dingin oleh kedua belah pihak, karena jika hal ini terus-terusan saja di biarkan, bukan hanya menjadi konflik vertikal terhadap hubungan bobotoh dan manajemen, tapi juga memunculkan konflik baru,horizontal sesame bobotoh, dimana masing2 bobotoh mengklaim dan menjudge pihak yang berseberangan adalah sebagai pengkhianat, Harus ada diskusi dari kedua belah pihak, dan ini bisa di lakukan Ketika kedua belah pihak sama-sama saling mengesampingkan ego dan duduk bareng untuk satu tujuan, yakni kemajuan persib itu sendiri, beredar kabar bahwa pihak manajemen persib akan bersedia melakukan diskusi dengan perwakilan bobotoh, dalam hal ini Viking yang di pimpin Tobias Ginanjar, namun dengan syarat bahwa Tobias ginanjar selaku ketua viking Persib Club harus melakukan permintaan maaf terlelbih dahulu, menurut hemat saya, untuk permintaan maaf itu gampang, namun yang jadi pertanyaan besarnya adalah, jika nanti Tobias selaku perwakilan dari komuniatas melakukan permintaan maaf, apakah pihak manajemen akan menyanggupi dan mengikuti segala tuntutan yang di berikan oleh komunitas? Tentu ini juga masih menjadi pertanyaan besar, yang harus segerea dicari permasalahannya, Akar permasalahan muncul tentu dari rasa kekhwatiran manajemen terhadap bobotoh yang selalu menjadi sumber denda bagi persib, yakni dengan penyalaan flare, nah jika kedua belah pihak sudah bisa diskusi dan duduk bareng, bisa saja kan untuk permasalahan ini di cari jalan keluarnya, missal tribun utara, timur dan selatan di salurkan ke komunitas, lalu sisanya di jual online, terutama untuk tribun barat, atau bisa saja manajemen missal memberikan akomodasi tiket missal 15 ribu tiket untuk komunitas, namun dengan jaminan tidak akan adal lagi flare, dan jika ada lagi flare yang menyala di stadion, itu akan jadi tanggung jawab supporter, dalam hal ini tentaang denda dan lainnya, dan jika komunitas menyanggupi lalu manajemen pun menyanggupi dengan komitmen tersebut, sepertinya permasalahan ini akan cepat terselesaikan, Yang jadi persoalannya saat ini adalah belum tercapainya diskusi dari kedua belah pihak, Dan untuk bobotoh yang tetap mau ke stadion, silakan saja, itu hak kalian untuk tetap menonton persib, namun jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menjudge bobotoh yang sedang menepi, Sebaliknya, bagi bobotoh yang masih memperjuangan dan juga tetap teguh dalam menepi, jangan dijadikan alasan untuk menyebut bobotoh yang ke stadion sebagai bobotoh teddy lah, ini lah, itulah, karena jika sesame bobotoh saja masih sering saling sindir, saling tuduh, apalagi dengan manajemen, kondisi akan semakin memburuk, Mari kita sama-sama nantikan kedepannya akan seperti apa, tentu kita berharap kisruh ini segera berakhir, manajemen dan bobotoh bertemu, berdiskusi lalu kesepakatan dari keduanya akan dicapai. Sampai jumpa