Bobotoh Kala Mendukung Persib di Stadion

    Sejak dulu zaman perserikatan, serta zaman home base di stadion siliwangi, setiap tim lawan yang akan bertanding ke markas persib selalu merasakan tekanan bahkan beberapa hari sebelum bertanding, karena mereka akan bermain di kandang persib bandung yang pastinya akan di hadiri oleh puluhan ribu bobotoh. Yang dimana tekanan akan sangat terasa bagi tim tamu, sehingga tidak jarang mental mereka menjadi drop karena atmosfer yang tersaji di stadion persib yang di penuhi oleh para bobotoh di segala penjuru mata angin. Atmosfer tersebut juga tersaji tidak hanya Ketika persib bermain di stadion siliwangi, tapi juga Ketika bermain di stadion sijalak harupat serta stadion Gelora Bandung Lautan Api, atau GBLA, yang mampu menampung animo bobotoh lebih besar karena kapasitasnya juga lebih mumpuni.

    Bahkan dulu Ketika persib mau bertanding, atmosfer pertandingan sudah terasa dari jauh-jauh hari, ini bisa di rasakan dengan harap-harap cemas para bobotoh menanti tiket, bahkan dulu Ketika zaman tiket masih manual dan di kolektifkan ke komunitas, banyak para bobotoh yang rela datang dari subuh untuk sekedar berada di barisan pertama dalam antrian pembelian tiket.

    Namun kini, khususnya pasca covid, animo para bobotoh untuk datang lansgung ke stadion seolah-olah kehilangan gairah, bahkan kita bisa lihat stadion persib terbilang tidak segarang dulu lagi atmosfernya, bahkan untuk laga kendang di musim 2024 pasca juara saja, stadion persib yang biasanya penuh sesak di laga perdana, justru terbilang sepi, bahkan untuk sekelas pertandingan el klasiko saja, yang notabennya adalah laga besar antara Persib Bandung vs Persija Jakarta yang di gelar di stadion sijalak harupat, terbilang sepi untuk sekelas match klasik, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Lalu, apakah indikator-indkator yang menyebabkan sepinya stadion, atau menurunya animo bobotoh untuk menyaksikan laga persib secara langsung?

    Dalam kesempatan kali ini, saya akan mencoba merinci apa saja indikator yang mempengaruhi sepinya stadion, dan tentunya ini adalah opini pribadi dari saya sendiri, jika ada yang mau menambahkan, bisa di tuliskan di kolom komentar.

Yang pertama

Kurang Harmonisnya hubungan Bobotoh dengan Manajemen.

    Pasca meninggalnya 2 bobotoh di stadion GBLA pada tangal 17 juni 2022, dalam laga kendang Persib vs Persebaya yang Bernama Asep Solihin dan Sofiana Yusuf krena berdesakan dan terinjak-injak oleh lautan bobotoh yang saat itu disinyalir jumlahnya melebihi ambang batas kapasitas stadion itu sendiri, yakni sekitar 50 ribu supporter hadir di stadion GBLA, dan hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan jumlah tiket yang serta kapasitas yang tersedia, sehingga banyak bobotoh yang bertiket bahkan tidak kebagian kursi, karena saat itu banyak penonton2 yang masuk dengan cara menjebol stadion, ditambah lagi prilaku dari para petugas keamanan yang seharusnya menjaga keamanan, justru malah memanfaatkan momen2 ini untuk mencari keuntungan pribadi, bahkan saya sendiri menyaksikan para polisi ini memasukan bobotoh tanpa tiket dengan diganti uang berbagai nominal. Dan meninggalnya dua bobotoh ini tentu menjadi pukulan telak bagi para bobotoh lainnya, karena kelalaian pihak panpel dalam menjaga bobotoh, serta pihak keamanan yang tidak sigap dalam mengantisipasi penonton2 yang tidak bertiket, malah ikut2an memasukan penonton tanpa tiket ke dalam stadion. Dan setelah berlarut2 para bobotoh meminta pertanggung jawaban dari pihak persib terkait insiden tersebut. Namun bahkan kasus ini seolah-olah seperti hilang menguap begitu saja, tidak ada satupun yang di tetapkan sebagai tersangka, padahal bobotoh yang meninggal itu adalah bobotoh yang bertiket, dan dari sinilah bibit-bibit konflik bobotoh vs manajemen di mulai dan puncak-puncaknya adalah Ketika bobotoh melakukan aksi di graha persib pasca insiden steward dan pemain persib yang menarik bobotoh ke ruang ganti, maka pecahkah puncak dari kekecewaan bobotoh dengan invasi ke lapangan, pasca pertandingan persib vs persija

Yang kedua

Tidak ada kata sepakat tentang pendistribusian tiket ke komunitas

    Seperti yang kita ketahui, di tim-tim lain, setiap pertandingan kendang mereka, pasti selalu ada tiket umum yang di jual online, dan juga tiket khusus untuk komunitas supporter, missal jumlah tiket yang di jual ada 20 ribu tiket, 10 ribu tiket di alokasikan untuk komunitas, dan 10 ribu tiket untuk umum, sehingga para komunitas ini bisa kolektif dalam pembelian tiket, khususnya yang di luar kota, dan hal ini masih di lakukan oleh para tim yang peduli dengan suporternya, contohnya saja tetangga kita, persija Jakarta.

Jadi bobotoh komunitas ingin agar persib mengalokasikan tiket untuk komunitas secara kolektif, tapi pihak persib keukeuh maunya menjual secara umum via online, dan tentu pembelian online inipun tidak lepas dari permasalahan yang ada, karena selalu saja ada kendala, baik itu aplikasi yang error, atapupun kendala-kendala lain yang justru merugikan para bobotoh yang ingin membeli tiket

Yang ke tiga

Ribetnya dalam pembelian dan penukaran tiket

    Salah satu hal yang selalu di permasalahkan oleh bobotoh adalah harusnya menukarkan tiket di daerah militer, contoh di yonzipur, den jasa ang, kodim dll.

Hal ini bagi para bobotoh di anggap sebagai kendala, karena membuang-buang waktu apalagi bagi bobotoh luar kota, yang seharusnya bisa langsung ke stadion, tapi ini harus ke kota bandung dulu untuk menukarkan tiket dengan gelang,

Bobotoh menginginkan agar sitem penukaran tiket langsung saja di area stadion, tapi tentu dengan catatan harus dengan pengamanan berlapis, tanpa harus menukarkan tiket ke kodim.

Yang ke empat

Naiknya harga tiket yang melonjak

    Kenaikan harga tiket yang sangat tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan ini tentu sangat mengejutkan para bobotoh, bagaimana tidak, harga tiket bahkan naik hampir 2x lipat dari harga normal, dan yang disayangkan adalah kenaikan tiket ini tidak disertai dengan peningkatan fasilitas dan pelayanan terhadap bobotoh,,contoh sederahan saja perihal toilet yang airnya bahkan kadang tidak nyala sama sekali, belum lagi panpel yang tidak melakukan musyawarah terlebih dahulu terhadap bobotoh tentang kenaikan tiket ini, misal di kasih penjelasan, kenaikan tiket ini untuk apa, kalau misal dari awal ada penjelasan dan musyawarah, pasti bobotoh pun akan mengerti, contoh kenaikan tiket ini untuk pembuatan Training Centre dll, tapi, pihak panpel persib sama sekali tidak ada penjelasan dan secara tiba-tiba menaikan harga tiket yang bahkan tidak sebanding dengan mayoritas gaji-gaji di Kawasan bandung dan sekitarnya.

    Semoga kedepannya ada titik temu antara manajemen dengan bobotoh, agar persoalan ini tidak semakin berlarut, dan juga di temui titik temu tentang harga tiket, alokasi tiket serta penukaran tiket, agar kedepannya stadion Kembali penuh dan begemuruh kembali